HASIL TINJAUAN LAPANGAN
KONDISI
KESEHATAN LINGKUNGAN
DI WILAYAH
DESA BAGAN PERCUT KECAMATAN SUNGAI PERCUT
I.
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Wilayah
pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang
beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi antara habitat
tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan
ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Dengan demikian wilayah
pesisir sangat rentan terhadap dampak pencemaran lingkungan dan salah satu
aspeknya adalah kesehatan lingkungan, sehingga diperlukan kebijakan secara
terpada dalam pengelolaannya.
Berkaitan
dengan daerah studi, bahwa Desa Bagan Percut berada dikawasan pesisir, maka tak
luput dari pengembangan dan pembangunan, sehingga berdampak pada kerusakan
ekosistem serta munculnya konflik kepentingan. Maka sudah seharusnya
pengembangan dan pembangunan di daerah ini diselaraskan dengan pengelolaan
lingkungan hidup yaitu merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup.
Akan
tetapi Pemda Provinsi Sumatera Utara
khususnya Kota Medan, dalam mengelola pembangunan sebagai implimentasi upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berjalan tidak merata, sehingga dalam
pengelolaan pembangunan di wilayah kampung nelayan Desa Bagan Percut dapat
dikatakan bukan menjadi prioritas, akibatnya penyusunan perencanaan pengelolaan pembangunan
masih bersifat sektoral/tidak terpadu dan sering mengabaikan kepentingan
masyarakat lokal dan lingkungan. Hal ini menjadikan desa tersebut menimbulkan
kesan kumuh, karena minimnya prasarana dan sarana permukiman.
2
1.2.Perumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang masalah sebagaimana tersebut diatas, penulis mencoba
melekukan penelitian pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Percut Kecamatan
Percut Medan Belawan, yang berkaitan dengan permasalahan kesehatan lingkungan, yaitu meliputi
:
a. Prasarana lingkungan : kelengkapan dasar
fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
b.
Sarana lingkungan : fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya.
1.3.Tujuan
a.
Untuk
mengetahui dan mempelajari kondisi kesehatan lingkungan masyarakat nelayan di Desa
Bagan Percut Kecamatan Percut Medan Balawan Sumatera Utara.
b.
Untuk
mempelajari dan mengetahui upaya-uapaya masyarakat setempat dalam mengelola
kesehatan lingkungan dengan cara – cara yang ada saat ini, sehingga memenuhi
standar rumah sehat, yang diukur dengan indikator : seperti memiliki MCK,
lantai rumah, ventilasi, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah rumah
tangga.
3
II.
Rencana Pelaksanaan
Rencana
pelaksanaan peninjauan ke lokasi studi ditetapkan oleh dosen pembimbing pada
hari Jumat tanggal 1 Mei 2009 (disaat bejalannya mata kuliah Ekonomi Analisis
Kebijakan), yaitu dengan lokasi Desa bagan Percut Kecamatan Sungai Percut
Belawan, dilanjutkan dengan pembagian sasaran serta arahan dan bimbingan
sebagai langkah persiapan, kemudian ditetapkan pelaksanaannya pada hari Minggu
tanggal 17 Mei 2009.
Penulis
yang mendapat tugas peninjauan yang menyangkut kesehatan lingkungan, untuk
kelancaran oleh penulis mempersiapkan bahan yang meliputi bidang sasaran,
seperti tustel dan bahan-bahan pertanyaan.
Gambar 1
: Kawasan untuk start peninjauan
4
III.
Pelaksanaan
Peninjauan
ke lokasi peninjauan dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2009, dimulai dari jam
07.00 wib dengan start dari kampus S-3 PSL USU Medan, dengan peserta sejumlah 5
(lima) orang dari anggkatan 2007 dan 4 (empat) orang dari anggkatan 2008,
sedangkan pelaksanaan berakhir jam 16.00 wib, sedangkan kegiatan disesuaikan
dengan bidang sasaran :
a.
Pengamatan
yang disertai pengambilan foto
b.
Wawancara
terhadap beberapa masyarakat
Gambar
2 Penulis disaat melakukan wawancara
5
c.
Diskusi
Gambar 3
Tim selesai melakukan diskusi lapangan
IV. Hasil pelaksanaan
4.1.
Gambaran Daerah Studi
a. Kondisi Fisik Lingkungan
1) Secara topografi, merupakan
pertemuan antara darat dan air, dataran landai, serta potensi terjadi erosi,
abrasi dan sedimentasi yang bisa menyebabkan pendangkalan badan perairan.
2) Secara hidrologi merupakan
daerah pasang surut, mempunyai air tanah tinggi, terdapat tekanan air laut
terhadap air tanah, serta merupakan daerah retensi sehingga run-off air rendah.
Gambar 4
: Kawasan tinjauan yang merupakan daerah pasang surut
6
Gambar 5 :
Kawasan merupakan pertemuan antara darat dan air
3) Secara geologi, sebagian besar
mempunyai struktur batuan lepas, tanah lunak, serta rawan bencana tsunami.
4) Secara penggunaan lahan
memiliki hubungan intensif antara air dan elemen darat
5) Secara klimatologi memiliki
dinamika iklim, cuaca, angin, suhu dan
kelembaban tinggi.
6) Pergeseran fungsi badan
perairan laut sebagai akibat kegiatan di sekitarnya menimbulkan beberapa
permasalahan lingkungan, seperti pencemaran.
b. Flora dan Fauna
1) Terdapat berbagai tanaman/vegetasi yang
spesifik seperti bakau,
2) Terdapat binatang yang spesifik ikan jenis
tertentu, dsb.
c. Kondisi Penduduk
1) Jumlah penduduk = 9.000 , orang, dengan 4753
orang laki-laki dan perempuan = 4247 orang
2) Jumlah
Kepala Keluarga = 150 per dusun.
7
d. Ekonomi, Sosial dan Budaya
1) Memiliki keunggulan lokasi yang dapat
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi;
2) Penduduk mempunyai kegiatan sosial ekonomi
yang berorientasi ke air dan darat
3) Rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah,
yaitu pendapatan rumah tangga nelayan yang tidak punya fasilitas kredit
pemerintah (mandiri) ternyata paling tinggi rata-rata sebesar Rp. 450.000
setiap orang sebulan, sedangkan rumah tangga nelayan yang bekerja memiliki
keuletan, ketekunan dan hidup hemat dan mendapat fasilitas adalah sebesar Rp.755.000
setiap orang sebulan.
Gambar 6 Komponen mata pencaharian nelayan
4) Latar belakang pendidikan relatif rendah, secara umum hanya sampai Sekolah Dasar (SD) dan hanya
beberapa orang yang memiliki ijazah SMP dan SMA, hal
ini merupakan faktor
pengetahuan akan lingkungan
sehat cenderung kurang, sehingga terjadi kebiasaan 'tidak sadar lingkungan' serta cenderung kurang memperhatikan
bahaya dan resiko.
8
4.2. Kondisi Kesehatan Lingkungan
1. Komponen kesehatan
lingkungan
Gambar 7 :
Komponen Kesehatan Lingkungan
9
b. Kondisi Kesehatan Lingkungan
1) Kondisi fisik bangunan perumahan
a)
Tipologi
bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisional dan
konvensional, seperti terbuat dari kayu dan kurang memperhitungkan pengaruh
angin, tsunami, gempa, disamping berfungsi juga sebagai tempat pengolahan ikan
(bangliau) yang letaknya dipinggir laut, sedangkan rumah nelayan tradisional
sebagian lebih kecil dan berada lebih jauh ke darat.
b)
Perumahan
penduduk diamati rapat dengan penataan pemukiman yang tidak teratur.
c)
Merupakan
daerah alternatif permukiman, karena peningkatan arus urbanisasi, yang
berakibat menjadi kawasan liar dan kumuh
d)
Keterbatasan
sarana penanggulangan kebakaran, cenderung rawan terhadap kebakaran.
Gambar 8 s/d 10 :
Kondisi perimahan nelayan
Gambar 8
10
Gambar 9
Gambar 10
11
2) MCK
Secara
umum mempergunakan pinggiran sungai sebagai jamban keluarga, sehingga sangat
potensi untuk penularan vektor penyakit.
Adapun
Jamban yang dibangun oleh individu untuk dijadikan MCK umum dengan mengutip
bayaran Rp 1.000,- per orang, namun demikian hal ini belum dapat mengatasi
permasalahan MCK secara standard
3) Saluran pembuangan air limbah rumah tangga
Masyarakat
cenderung membuang air limbah langsung ke permukaan tanah sehingga menimbulkan
genangan air, berlumut dan lembab.
4) Sampah
Umumnnya
sampah dibuang/ditimbun ke sungai, sehingga sering menimbulkan bau serta
menjadi sarang lalat, serangga, nyamuk dan tikus. Sementara upaya pemerintah
daerah tidak memberikan fasilitas TPA yang memadai.
5) Kondisi Prasarana Lingkungan
a) Jaringan
jalan
- Pola
dan jaringan jalan yang tidak teratur
- Persyaratan
konstruksi jalan yang relatif tidak memenuhi syarat
- Penerangan
jalan, terutama di malam hari nyaris tidak ada sama sekali
b) Drainase
lingkungan pemukiman
Sampai saat ini belum memiliki drainase lingkungan pemukiman.
12
d) Jaringan
pematusan air hujan
Umumnya
tadahan air hujan mengalir ke rawa-rawa dan sering menimbulkan banjir.
e) Pengadaan air bersih
Hanya
memiliki 3 (tiga unit sumur Bor, yang dibangun oleh Pt Telkom Sumatera Utara,
dan saat ini kondisinya rusak, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap air bersih.
f) Listrik
Jaringan listrik sudah ada ,
namun masih keterbatasan terhadap daya,
sehingga belum dapat menjangkau serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
g) Telepon
Jaringan telepon,
belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, disamping itu belum adanya telepon
umum yang dapat membantu masyarakat terutama terhadap masyarakat yang kurang
mampu dalam menggunakan fasilitas telepon.
6) Kondisi Sarana Lingkungan
e)
Fasilitas
perdagangan
Memiliki
tempat pelelangan ikan (TPI) dan warung-warung untuk memenuhi kebutuhan
perlengkapan rumah tangga
Gambar 11
Fasilitas Dermaga
13
f)
Fasilitas
pelayanan kesehatan
Memiliki
satu unit Puskesmas yang berada di
Percut dengan jarak tempuh 3 Km, dan memiliki tenaga medis seperti Dokter 1
orang dan paramedis 9 orang.
Daerah
studi, sebelumnya pernah mewabah DBD, kemudian ditemukan balita sekitar 70
orang dengan kondisi kurang gizi serta
penyakit diare/ muntaber.
Sedangkan
penyakit yang sering diderita masyarakat adalah penyakit kulit (gatal-gatal).
g)
Fasilitas
pendidikan
Tabel 1 : Fasilitas Pendidikan
No
|
Sekolah
|
Status
|
Keterangan
|
1
|
Sekolah Dasar
|
Negeri
|
1 Unit
|
Swasta
|
2 Unit
|
||
2
|
Sekolah Menengah Pertama
|
Negeri
|
2 Unit
|
Swasta
|
3 Unit
|
||
3
|
Sekolah Menengah Tingkat Atas
|
Swasta
|
3 Unit
|
h)
Fasilitas
peribadatan
- Mesjid =
1 buah
- Mushalla = 1 buah
i)
Fasilitas
transportasi
- angkutan umum/ sudaco
- pribadi (mobil dan sepeda motor)
j)
Fasilitas
rekreasi
- Dermaga/ TPI
k)
Fasilitas
olah raga
- Lapangan bola volly
14
l)
Fasilitas/
tempat pertaman
Secara
khusus tidak ada, namun memanfaatkan halaman rumah
m)
Fasilitas/tempat
pemakaman
Memiliki
satu area sebagai fasilitas tempat pemakaman umum
V. Analisa
Dari gambaran kondisi kesehatan lingkungan
tersebut diatas, maka penulis dapat
membuat tinjauan analisa sebagai berikut
:
1.
Kebutuhan kesehatan keluarga
Untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sangat berkaitan dengan pendapatan keluarga,
dan sebagai buruh nelayan dapat digambarkan sebagai berikut :
Pendapatan warga
a. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan
penangkapan ikan dalam sekali kegiatan
1) Biaya bekal untuk makan = Rp. 100.000.-
2) Membutuhkan
BBM solar 70 liter = 70 x Rp 4.500 =
Rp 315.000.-
3) Keperluan
untuk membeli es batangan = Rp
20.000.-
4) Keperluan untuk oli = Rp
1 5.000.-
5) Untuk membeli batere = Rp 5.000.-
Jumlah
dana yang keluar =
Rp. 455.000.-
b. Hasil penjualan ikan (rata-rata) = Rp
790.000.-
c.
Hasil bersih tangkapan = Rp
790.000 – Rp 455.000 = Rp 335.000.-
d.
Perhitungan pendapatan :
1)
Hasil tangkapan dibagi 7 (5 orang tim penangkap, 1 orang pemilik boat
dan 1 orang supir)
2)
Untuk pemilik boat mendapat 1,5
x hasil untuk penangkap
15
3)
Untuk supir juga mendapat 1,5 x hasil untuk penangkap
4)
Hasil pendapatan menurut
perhitungan perjanjian = Rp 355.000 / 7 orang = Rp 47.858. perorang
5)
Untuk supir boat = 1,5 x Rp 47.858 = Rp 71.787.
6)
Untuk supir boat = 1,5 x Rp 47.858 = Rp 71.787.
7) Untuk penangkap ikan mendapat penghasilan
bersih :
Rp
355.000 – (hasil supir + hasil pemilik boat)
5
=
Rp 211.426 =
Rp 42.286 per orang
5
Jumlah orang dalam satu kepala keluarga
Kondisinya mulai dari 5 s/d 8 orang,
dan dalam penulisan ini, diambil secara rata-rata sebanyak 5 orang anak satu
kepala keluarga
Kebutuhan hidup sehat keluarga
Menurut pola hidup sehat, dalam satu
hari 3 kali makan (sarapan, makan siang dan makan malam) kemudian disertai
dengan makan buah pada sehabis makan siang dan minum segelas susu ataupun teh
manis sehabis makan pagi.
Kebutuhan lainnya dalam kehidupan sehari-hari
a.
Untuk biaya sekolah anak
b.
Biaya transportasi (jika ada
kenderaan bermotor membutuhkan BBM)
c. Untuk keperluan kesehatan badan (sabun
mandi, bedak/kosmetik dll)
Jumlah pengeluaran per hari
Untuk mengikuti standar hidup sehat, maka biaya
anggaran yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan, sehingga menurut hasil
wawancara dengan beberapa warga dan menyatakan selama ini dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya dipaksakan untuk disesuaikan dengan
pendapatan/penghasilan kepala keluarganya.
16
2. Kesehatan Lingkungan
a. Ditinjau dari pendapatan kepala keluarga
nelayan, secara umum masih rendah, dan belum dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehatnya, sehingga sangat mempengaruhi perilaku hidup sehat, hal ini secara
otomatis sudah barang tentu permasalahan kesehatan lingkungan belum mendapatkan
partisipasi dari masyarakat.
b. Disamping itu permasalahan kesehatan
lingkungan belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat baik dalam,
hal ini dapat dilihat dari pengadaan air bersih, kelayakan rumah warga maupun
belum adanya drainase.
c. Melihat pertumbuhan penduduk, menunjukkan
bahwa pelayanan Kesehatan dan Keluarga Berencana dapat dikatakan belum optimal
menyentuh warga, seperti kegiatan konseling/penyuluhan sehingga dalam satu
rumah tangga memilki anak dari 4 s/d 8 orang, mengakibatkan tingginya angka
ketergantungan.
d. Secara umum rumah penduduk berbentuk rumah
panggung, namun kondisinya jauh dari kelayakan sebagai rumah sehat, seperti
dibawah bangunan rumah ditemukan adanya genangan air, berlumpur dan lembab sehingga
sangat rentan berkembangnya penyakit infeksi kulit, malaria, Demam Berdarah,
Diare serta penyakit menular lainnya.
e. Disamping itu penduduk tidak memiliki saluran
pembuangan air limbah rumah tangga, mereka membuang air limbahnya secara umum
di atas badan tanah di sekitar pekarangan rumahnya, sehingga menjadi tempat
genangan air, berlumpur dan lembab sehingga rentan terhadap berjangkitnya
penyakit-penyakit tertentu yang dapat membahayakan penduduk.
17
f. Demikian juga perilaku penduduk dalam
pengelolaan sampah, yang tidak menyediakan tempat pembuangan sampah,
kesehariannya penduduk dalam mengelola sampah dibuang ke permukaan air sungai,
sehingga menumpuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap, terkadang dapat
menimbulkan banjir, hal ini sudah pasti menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat.
g. Kondisi MCK yang dimiliki warga, secara umum
menempatkan jamban di pinggiran sungai ataupun ke tambak yang sudah tidak
difungsikan lagi dan memanfaatkan tumbuhan bakau sebagai dindingnya, kondisi
ini sudah sangat memperihatinkan karena menimbulkan bau yang tidak sedap dan sangat
dengan mudah timbulnya penyakit menular.
h. Pekarangan/ halaman rumah dapat dikatakan
memadai untuk ditanam tumbuhan apotik sehat, namun pada kenyataanya lebih
dimanfaatkan untuk tempat pengumpulan sampah maupun limbah rumah tangganya.
i. Masih kurangnya memiliki sarana
infrastruktur, sehingga penduduk belum dapat menikmati hasil pembangunan,
terutama kondisi jalan yang belum diaspal termasuk jalan arteri, sehingga dapat
menyulitkasn dalam bidang transportasi yang berdampak pada aspek perdagangan
maupun lainnya.
VI.
Kesimpulan
1.
Kondisi
kesehatan lingkungan di Desa Bagan Percut sebagai objek studi sangat
memprihatinkan, hal ini dimulai dari lingkungan keluarga sampai kepada
lingkungan pemukiman perumahan.
2.
Kondisi
tersebut diatas, sangat dipengaruhi akibat tingkat kesejahteraan hidup warga
masyarakatnya yang secara umum dapat dikatagorikan miskin dan berdampak pada
perilaku sehat penduduk.
3.
Kurangnya
perhatian dari Pihak Pemda setempat dalam pengelolaan pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di desa tersebut, termasuk
pengelolaan kesehatan lingkungannya.
18
4. Kondisi kesehatan lingkungan
di Desa Bagan Percut, sudah selayaknya mendapat perhatian dari Pemda setempat
dalam waktu secepatnya, karena hal ini dapat menimbulkan penyakit menular yang
pada gilirannya dapat menjadi wabah, seperti typus, demam berdarah, malaria,
diare maupun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan warga.
VI. Rekomendasi
1.
Perlu
pembangunan perumahan nelayan (baik bangun baru maupun rehabilitasi) yang mengacu
pada standar perumahan dan permukiman yang layak huni dan mengacu pada konsep
pembangunan yang berwawasan lingkungan serta berbasis pada masyarakat
2.
Pengembangan
sistem pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman tersebut dapat melalui
penyerapan dana dari koperasi, usaha negara, ataupun swasta
3.
Pembangunan
fasilitas penunjang aspek ekonomi seperti bangunan perniagaan
atau perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan, kemudian fasilitas utilitas umum
sebagai sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan seperti jaringan air bersih, drainase, dan pemadam
kebakaran.
4.
Meningkatkan
menejemen sumber daya alam melalui penyuluhan dan pelayanan informasi, dalam
rangka memberdayakan nelayan guna meningkatkan pendapatan dengan berwawasan
lngkungan
5.
Melakukan
penyuluhan secara intensif berkaitan dengan kemampuannya mengukur pendapatan
keluarga guna menghindari pola hidup konsumeris yang di paksakan, kemudian arti pentingnya koperasi nelayan, serta
pentingnya pendidikan bagi anak-anak nelayan guna menjamin masa depannya, dan manfaat
keluarga berencana bagi kesejahteraan keluarga
19
6.
Permukiman
nelayan yang ada tetap dipertahankan, hanya saja perlu penataan sehingga
menjadi kawasan nelayan yang layak huni.
7.
Disamping
itu untuk mempertahankan keberadaan rumah nelayan yang ada saat ini, perlu
secepatnya upaya pembuatan jaringan pemutusan air hujan ataupun upaya lainnya
guna terhindarnya permukaan tanah dibawah bangunan panggung rumah penduduk dari
genangan air, lumpur dan lembab.
Medan, Mei
2009
Nuraina/ NP. 078106004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar