Jumat, 23 Januari 2015

HASIL TINJAUAN LAPANGAN KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH DESA BAGAN PERCUT KECAMATAN SUNGAI PERCUT

 HASIL TINJAUAN LAPANGAN
     KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN
    DI WILAYAH DESA BAGAN PERCUT KECAMATAN SUNGAI PERCUT


I.             Pendahuluan

1.1.   Latar belakang

Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Dengan demikian wilayah pesisir sangat rentan terhadap dampak pencemaran lingkungan dan salah satu aspeknya adalah kesehatan lingkungan, sehingga diperlukan kebijakan secara terpada dalam pengelolaannya.
Berkaitan dengan daerah studi, bahwa Desa Bagan Percut berada dikawasan pesisir, maka tak luput dari pengembangan dan pembangunan, sehingga berdampak pada kerusakan ekosistem serta munculnya konflik kepentingan. Maka sudah seharusnya pengembangan dan pembangunan di daerah ini diselaraskan dengan pengelolaan lingkungan hidup yaitu merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Akan tetapi  Pemda Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan, dalam mengelola pembangunan sebagai implimentasi upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berjalan tidak merata, sehingga dalam pengelolaan pembangunan di wilayah kampung nelayan Desa Bagan Percut dapat dikatakan bukan menjadi prioritas, akibatnya  penyusunan perencanaan pengelolaan pembangunan masih bersifat sektoral/tidak terpadu dan sering mengabaikan kepentingan masyarakat lokal dan lingkungan. Hal ini menjadikan desa tersebut menimbulkan kesan kumuh, karena minimnya prasarana dan sarana permukiman.
2

1.2.Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah sebagaimana tersebut diatas, penulis mencoba melekukan penelitian pada masyarakat nelayan di Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Medan Belawan, yang berkaitan dengan  permasalahan kesehatan lingkungan, yaitu meliputi :
a.      Prasarana lingkungan : kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
b.      Sarana lingkungan          : fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

1.3.Tujuan

a.             Untuk mengetahui dan mempelajari kondisi kesehatan lingkungan masyarakat nelayan di Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Medan Balawan Sumatera Utara.
b.            Untuk mempelajari dan mengetahui upaya-uapaya masyarakat setempat dalam mengelola kesehatan lingkungan dengan cara – cara yang ada saat ini, sehingga memenuhi standar rumah sehat, yang diukur dengan indikator : seperti memiliki MCK, lantai rumah, ventilasi, tempat sampah dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.








3

II.          Rencana Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan peninjauan ke lokasi studi ditetapkan oleh dosen pembimbing pada hari Jumat tanggal 1 Mei 2009 (disaat bejalannya mata kuliah Ekonomi Analisis Kebijakan), yaitu dengan lokasi Desa bagan Percut Kecamatan Sungai Percut Belawan, dilanjutkan dengan pembagian sasaran serta arahan dan bimbingan sebagai langkah persiapan, kemudian ditetapkan pelaksanaannya pada hari Minggu tanggal 17 Mei 2009.
Penulis yang mendapat tugas peninjauan yang menyangkut kesehatan lingkungan, untuk kelancaran oleh penulis mempersiapkan bahan yang meliputi bidang sasaran, seperti tustel dan bahan-bahan pertanyaan.


Gambar 1  :  Kawasan untuk start peninjauan




4


III.       Pelaksanaan

Peninjauan ke lokasi peninjauan dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2009, dimulai dari jam 07.00 wib dengan start dari kampus S-3 PSL USU Medan, dengan peserta sejumlah 5 (lima) orang dari anggkatan 2007 dan 4 (empat) orang dari anggkatan 2008, sedangkan pelaksanaan berakhir jam 16.00 wib, sedangkan kegiatan disesuaikan dengan bidang sasaran :

a.             Pengamatan yang disertai pengambilan foto

b.            Wawancara terhadap beberapa masyarakat



                               Gambar 2  Penulis disaat melakukan wawancara





5

c.             Diskusi
Gambar 3    Tim selesai melakukan diskusi lapangan


IV.   Hasil pelaksanaan
4.1.      Gambaran Daerah Studi
a.   Kondisi Fisik Lingkungan
1)      Secara topografi, merupakan pertemuan antara darat dan air, dataran landai, serta potensi terjadi erosi, abrasi dan sedimentasi yang bisa menyebabkan pendangkalan badan perairan.
2)      Secara hidrologi merupakan daerah pasang surut, mempunyai air tanah tinggi, terdapat tekanan air laut terhadap air tanah, serta merupakan daerah retensi sehingga run-off air rendah.
    Gambar 4  :   Kawasan tinjauan yang  merupakan daerah pasang surut
6

Gambar 5  :  Kawasan merupakan pertemuan antara darat dan air

3)      Secara geologi, sebagian besar mempunyai struktur batuan lepas, tanah lunak, serta rawan bencana tsunami.
4)      Secara penggunaan lahan memiliki hubungan intensif antara air dan elemen darat
5)      Secara klimatologi memiliki dinamika iklim, cuaca, angin, suhu dan  kelembaban tinggi.
6)      Pergeseran fungsi badan perairan laut sebagai akibat kegiatan di sekitarnya menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan, seperti pencemaran.

b.   Flora dan Fauna
1)      Terdapat berbagai tanaman/vegetasi yang spesifik seperti bakau,
2)      Terdapat binatang yang spesifik ikan jenis tertentu, dsb.

c.   Kondisi Penduduk
1)      Jumlah penduduk = 9.000 , orang, dengan 4753 orang laki-laki dan perempuan = 4247 orang
      2)      Jumlah Kepala Keluarga = 150 per dusun.
7

d.   Ekonomi, Sosial dan Budaya
1)      Memiliki keunggulan lokasi yang dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi;
2)      Penduduk mempunyai kegiatan sosial ekonomi yang berorientasi ke air dan darat
3)      Rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah, yaitu pendapatan rumah tangga nelayan yang tidak punya fasilitas kredit pemerintah (mandiri) ternyata paling tinggi rata-rata sebesar Rp. 450.000 setiap orang sebulan, sedangkan rumah tangga nelayan yang bekerja memiliki keuletan, ketekunan dan hidup hemat dan mendapat fasilitas adalah sebesar Rp.755.000 setiap orang sebulan.

                                 Gambar   6       Komponen mata pencaharian nelayan

4)      Latar belakang pendidikan relatif  rendah, secara umum   hanya sampai Sekolah Dasar (SD) dan hanya beberapa orang yang memiliki ijazah SMP dan SMA,   hal   ini merupakan  faktor pengetahuan   akan   lingkungan   sehat cenderung kurang, sehingga terjadi kebiasaan 'tidak sadar lingkungan' serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko.
8

4.2.   Kondisi Kesehatan Lingkungan

         1.   Komponen  kesehatan lingkungan

 












 








Gambar 7        :    Komponen Kesehatan Lingkungan




9


b.   Kondisi Kesehatan Lingkungan
      1)      Kondisi fisik bangunan perumahan
a)            Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisional dan konvensional, seperti terbuat dari kayu dan kurang memperhitungkan pengaruh angin, tsunami, gempa, disamping berfungsi juga sebagai tempat pengolahan ikan (bangliau) yang letaknya dipinggir laut, sedangkan rumah nelayan tradisional sebagian lebih kecil dan berada lebih jauh ke darat.
b)            Perumahan penduduk diamati rapat dengan penataan pemukiman yang tidak teratur.
c)            Merupakan daerah alternatif permukiman, karena peningkatan arus urbanisasi, yang berakibat menjadi kawasan liar dan kumuh
d)           Keterbatasan sarana penanggulangan kebakaran, cenderung rawan terhadap kebakaran.

Gambar 8 s/d 10 :   Kondisi perimahan nelayan
Gambar 8

10


Gambar 9


Gambar 10


11


      2)      MCK
                        Secara umum mempergunakan pinggiran sungai sebagai jamban keluarga, sehingga sangat potensi untuk penularan vektor penyakit.
                        Adapun Jamban yang dibangun oleh individu untuk dijadikan MCK umum dengan mengutip bayaran Rp 1.000,- per orang, namun demikian hal ini belum dapat mengatasi permasalahan MCK secara standard
      3)      Saluran pembuangan air limbah rumah tangga
Masyarakat cenderung membuang air limbah langsung ke permukaan tanah sehingga menimbulkan genangan air, berlumut dan lembab.
      4)      Sampah
Umumnnya sampah dibuang/ditimbun ke sungai, sehingga sering menimbulkan bau serta menjadi sarang lalat, serangga, nyamuk dan tikus. Sementara upaya pemerintah daerah tidak memberikan fasilitas TPA yang memadai.
      5)      Kondisi Prasarana Lingkungan
a)      Jaringan jalan
-     Pola dan jaringan jalan yang tidak teratur
-     Persyaratan konstruksi jalan yang relatif tidak memenuhi syarat
-     Penerangan jalan, terutama di malam hari nyaris tidak ada sama sekali
b)      Drainase lingkungan pemukiman
      Sampai saat ini  belum memiliki drainase lingkungan pemukiman.

12

d)      Jaringan pematusan air hujan
         Umumnya tadahan air hujan mengalir ke rawa-rawa dan sering menimbulkan banjir.
e)      Pengadaan air bersih
                                                Hanya memiliki 3 (tiga unit sumur Bor, yang dibangun oleh Pt Telkom Sumatera Utara, dan saat ini kondisinya rusak, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap  air bersih.
f)            Listrik
               Jaringan listrik sudah ada , namun  masih keterbatasan terhadap daya, sehingga belum dapat menjangkau serta memenuhi kebutuhan masyarakat.        
g)      Telepon
Jaringan telepon, belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, disamping itu belum adanya telepon umum yang dapat membantu masyarakat terutama terhadap masyarakat yang kurang mampu dalam menggunakan fasilitas telepon.

6)      Kondisi Sarana Lingkungan
e)            Fasilitas perdagangan
Memiliki tempat pelelangan ikan (TPI) dan warung-warung untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan rumah tangga
                            Gambar  11     Fasilitas  Dermaga
13

f)             Fasilitas pelayanan kesehatan
Memiliki satu unit Puskesmas  yang berada di Percut dengan jarak tempuh 3 Km, dan memiliki tenaga medis seperti Dokter 1 orang dan paramedis 9 orang.
Daerah studi, sebelumnya pernah mewabah DBD, kemudian ditemukan balita sekitar 70 orang dengan kondisi  kurang gizi serta penyakit diare/ muntaber.
Sedangkan penyakit yang sering diderita masyarakat adalah penyakit kulit (gatal-gatal).

g)            Fasilitas pendidikan

Tabel 1 :  Fasilitas Pendidikan

No
Sekolah
Status
Keterangan
1
Sekolah Dasar
Negeri
1 Unit
Swasta
2 Unit
2
Sekolah Menengah Pertama
Negeri
2 Unit
Swasta
3 Unit
3
Sekolah Menengah Tingkat Atas
Swasta
3 Unit

h)            Fasilitas peribadatan
- Mesjid                             =   1 buah
- Mushalla                         =    1 buah
i)              Fasilitas transportasi
-    angkutan umum/ sudaco
-    pribadi (mobil dan sepeda motor)
j)              Fasilitas rekreasi
-    Dermaga/ TPI
k)            Fasilitas olah raga
-    Lapangan bola volly
14

l)              Fasilitas/ tempat pertaman
Secara khusus tidak ada, namun memanfaatkan halaman rumah
m)          Fasilitas/tempat pemakaman
Memiliki satu area sebagai fasilitas tempat pemakaman umum

V.     Analisa
         Dari gambaran kondisi kesehatan lingkungan tersebut diatas,  maka penulis dapat membuat tinjauan  analisa sebagai berikut :
1.            Kebutuhan kesehatan keluarga
               Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sangat berkaitan dengan pendapatan keluarga, dan sebagai buruh nelayan dapat digambarkan sebagai berikut :
         Pendapatan warga
a.       Dana yang dikeluarkan untuk keperluan penangkapan ikan dalam sekali kegiatan
      1)      Biaya bekal untuk makan                                           = Rp. 100.000.-
      2)      Membutuhkan BBM solar 70 liter =  70 x Rp 4.500 = Rp  315.000.-
                        3)      Keperluan untuk membeli es batangan                      = Rp     20.000.-
                        4)      Keperluan untuk oli                                                   = Rp     1 5.000.-
                        5)      Untuk membeli batere                                                = Rp        5.000.-
                                                            Jumlah dana yang keluar                =  Rp.  455.000.-
b.      Hasil penjualan ikan    (rata-rata)                                       =  Rp   790.000.-
c.       Hasil bersih tangkapan = Rp 790.000 – Rp 455.000 = Rp 335.000.-
d.      Perhitungan pendapatan :
1)      Hasil tangkapan dibagi 7  (5 orang tim penangkap, 1 orang pemilik boat dan 1 orang supir)
2)      Untuk pemilik boat mendapat 1,5 x hasil untuk penangkap

15

3)      Untuk supir  juga mendapat 1,5 x hasil untuk penangkap
4)      Hasil pendapatan menurut perhitungan perjanjian = Rp 355.000 / 7 orang = Rp 47.858. perorang
5)      Untuk supir  boat = 1,5 x Rp 47.858 = Rp 71.787.
6)      Untuk supir  boat = 1,5 x Rp 47.858 = Rp 71.787.
7)      Untuk penangkap ikan mendapat penghasilan bersih :
            Rp 355.000 – (hasil supir + hasil pemilik boat)
                                                                   5
                                    = Rp  211.426       =    Rp  42.286 per orang
                                                5

Jumlah orang dalam satu kepala keluarga
Kondisinya mulai dari 5 s/d 8 orang, dan dalam penulisan ini, diambil secara rata-rata sebanyak 5 orang anak satu kepala keluarga
Kebutuhan hidup sehat keluarga
Menurut pola hidup sehat, dalam satu hari 3 kali makan (sarapan, makan siang dan makan malam) kemudian disertai dengan makan buah pada sehabis makan siang dan minum segelas susu ataupun teh manis sehabis makan pagi.
Kebutuhan lainnya dalam kehidupan sehari-hari
a.       Untuk biaya sekolah anak
b.      Biaya transportasi (jika ada kenderaan bermotor membutuhkan BBM)
c.       Untuk keperluan kesehatan badan (sabun mandi, bedak/kosmetik dll)
Jumlah pengeluaran per hari
      Untuk mengikuti standar hidup sehat, maka biaya anggaran yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan, sehingga menurut hasil wawancara dengan beberapa warga dan menyatakan selama ini dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya dipaksakan untuk disesuaikan dengan pendapatan/penghasilan kepala keluarganya.


16


2.      Kesehatan Lingkungan

         a.   Ditinjau dari pendapatan kepala keluarga nelayan, secara umum masih rendah, dan belum dapat memenuhi kebutuhan hidup sehatnya, sehingga sangat mempengaruhi perilaku hidup sehat, hal ini secara otomatis sudah barang tentu permasalahan kesehatan lingkungan belum mendapatkan partisipasi dari masyarakat.
         b.   Disamping itu permasalahan kesehatan lingkungan belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat baik dalam, hal ini dapat dilihat dari pengadaan air bersih, kelayakan rumah warga maupun belum adanya drainase.
         c.   Melihat pertumbuhan penduduk, menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan dan Keluarga Berencana dapat dikatakan belum optimal menyentuh warga, seperti kegiatan konseling/penyuluhan sehingga dalam satu rumah tangga memilki anak dari 4 s/d 8 orang, mengakibatkan tingginya angka ketergantungan.
         d.   Secara umum rumah penduduk berbentuk rumah panggung, namun kondisinya jauh dari kelayakan sebagai rumah sehat, seperti dibawah bangunan rumah ditemukan adanya genangan air, berlumpur dan lembab sehingga sangat rentan berkembangnya penyakit infeksi kulit, malaria, Demam Berdarah, Diare serta penyakit menular lainnya.
         e.   Disamping itu penduduk tidak memiliki saluran pembuangan air limbah rumah tangga, mereka membuang air limbahnya secara umum di atas badan tanah di sekitar pekarangan rumahnya, sehingga menjadi tempat genangan air, berlumpur dan lembab sehingga rentan terhadap berjangkitnya penyakit-penyakit tertentu yang dapat membahayakan penduduk.


17

         f.    Demikian juga perilaku penduduk dalam pengelolaan sampah, yang tidak menyediakan tempat pembuangan sampah, kesehariannya penduduk dalam mengelola sampah dibuang ke permukaan air sungai, sehingga menumpuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap, terkadang dapat menimbulkan banjir, hal ini sudah pasti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.
         g.   Kondisi MCK yang dimiliki warga, secara umum menempatkan jamban di pinggiran sungai ataupun ke tambak yang sudah tidak difungsikan lagi dan memanfaatkan tumbuhan bakau sebagai dindingnya, kondisi ini sudah sangat memperihatinkan karena menimbulkan bau yang tidak sedap dan sangat dengan mudah timbulnya penyakit menular.
         h.   Pekarangan/ halaman rumah dapat dikatakan memadai untuk ditanam tumbuhan apotik sehat, namun pada kenyataanya lebih dimanfaatkan untuk tempat pengumpulan sampah maupun limbah rumah tangganya.
         i.    Masih kurangnya memiliki sarana infrastruktur, sehingga penduduk belum dapat menikmati hasil pembangunan, terutama kondisi jalan yang belum diaspal termasuk jalan arteri, sehingga dapat menyulitkasn dalam bidang transportasi yang berdampak pada aspek perdagangan maupun lainnya.

VI.       Kesimpulan

1.            Kondisi kesehatan lingkungan di Desa Bagan Percut sebagai objek studi sangat memprihatinkan, hal ini dimulai dari lingkungan keluarga sampai kepada lingkungan pemukiman perumahan.
2.            Kondisi tersebut diatas, sangat dipengaruhi akibat tingkat kesejahteraan hidup warga masyarakatnya yang secara umum dapat dikatagorikan miskin dan berdampak pada perilaku sehat penduduk.
3.            Kurangnya perhatian dari Pihak Pemda setempat dalam pengelolaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di desa tersebut, termasuk pengelolaan kesehatan lingkungannya.
18



4.      Kondisi kesehatan lingkungan di Desa Bagan Percut, sudah selayaknya mendapat perhatian dari Pemda setempat dalam waktu secepatnya, karena hal ini dapat menimbulkan penyakit menular yang pada gilirannya dapat menjadi wabah, seperti typus, demam berdarah, malaria, diare maupun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan warga.




VI.    Rekomendasi

1.            Perlu pembangunan perumahan nelayan (baik bangun baru maupun rehabilitasi) yang mengacu pada standar perumahan dan permukiman yang layak huni dan mengacu pada konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan serta berbasis  pada masyarakat
2.            Pengembangan sistem pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman tersebut dapat melalui penyerapan dana dari koperasi, usaha negara, ataupun swasta
3.            Pembangunan fasilitas penunjang  aspek ekonomi seperti bangunan perniagaan atau perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan, kemudian  fasilitas utilitas umum sebagai sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan seperti jaringan air bersih, drainase, dan pemadam kebakaran.
4.            Meningkatkan menejemen sumber daya alam melalui penyuluhan dan pelayanan informasi, dalam rangka memberdayakan nelayan guna meningkatkan pendapatan dengan berwawasan lngkungan
5.            Melakukan penyuluhan secara intensif berkaitan dengan kemampuannya mengukur pendapatan keluarga guna menghindari pola hidup konsumeris yang di paksakan, kemudian  arti pentingnya koperasi nelayan, serta pentingnya pendidikan bagi anak-anak nelayan guna menjamin masa depannya, dan manfaat keluarga berencana bagi kesejahteraan keluarga


19



6.            Permukiman nelayan yang ada tetap dipertahankan, hanya saja perlu penataan sehingga menjadi kawasan nelayan yang layak huni.
7.            Disamping itu untuk mempertahankan keberadaan rumah nelayan yang ada saat ini, perlu secepatnya upaya pembuatan jaringan pemutusan air hujan ataupun upaya lainnya guna terhindarnya permukaan tanah dibawah bangunan panggung rumah penduduk dari genangan air, lumpur dan lembab.


Medan,       Mei  2009








                                                                                  Nuraina/ NP. 078106004

Tidak ada komentar: